Kamis, 14 Maret 2019

Makalah Pengembangan dan hubungannya dengan proses belajar

Bagi yang membutuhkan makalah silahkan di download di bawah ini dengan format pdf. 👉👉👉👉👉👉👉👉

https://drive.google.com/file/d/1_amEQ-78y2V4YomfKpA-r3J6keUsd20z/view?usp=drivesdk

Atau Di Sini

MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR


MAKALAH
PROSES PERKEMBANGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PROSES BELAJAR
Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah PSIKOLOGI BELAJAR
Dosen Pembimbing : Choerul Anwar Badruttamam, M.Pd




Oleh :
Syukron Makmun (0329)
Sariyani (0324)
Siti Maryam (0327)

PROGRAM PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU KEISLAMAN ZAINUL HASAN GENGGONG
KOTA KRAKSAAN PROBOLINGGO
TAHUN 2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan tentang Proses perkembangan dan hubungannya dengan proses belajar. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang hubungan perkembangan dengan proses belajar
Tidak lupa kami sampaikan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah membantu terselesainya penyusunan makalah ini.
Ustadz Choerul Anwar Badruttamam, M.Pd. selaku Dosen pembimbing mata kuliah PSIKOLOGI BELAJAR
Anggota kelompok 2 yang telah menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahannya. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun, sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha yang telah dilakukan dalam penyusunan makalah ini.. Amin
Kraksaan,13 maret 2019
       
        Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTARi
DAFTAR ISIii
BAB I PENDAHULUAN1
Latar Belakang1
Rumusan Masalah1
Tujuan2
Ruang Lingkup2
BAB II PEMBAHASAN3
A.DEVINISI PERKEMBANGAN DAN FAKTOR –FAKTOR YANG   MEMPENGARUHINYA3
1.Devinisi Perkembangan3
2.Faktor – Faktor yang mempengaruhi perkembangan3
B.PROSES,TUGAS,DAN HUKUM PERKEMBANGAN5
1.Proses Perkembangan5
2.Tugas Dan fase perkembangan6
3.Hukum-Hukum Perkembangan9
C.PERKEMBANGAN PSIKO-FISIK SISWA12
1.Perkembangan Motor (Fisik) Siswa12
2.Perkembangan Kognitif Siswa13
3.Perkembangan Sosial dan Moral siswa13
D.ARTI PENTING PERKEMBANGAN KOGNITIF13
1. Mengembangkan Kecakapan Kognitif Siswa14
2. Mengembangkan Kecakapan Afektif15
3. Mengembangkan Kecakapan Psikomotor15
BAB III PENUTUP16
Kesimpulan16
DAFTAR PUSTAKA19

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Belajar merupakan sebuah aktivitas yang yang menghasilkan suatu perubahan bagi siapapun yang mengerjakannya, perubahan yang dimaksud disini adalah perkembangan dari yang sebelumnya tidak tau menjadi tau, dalam aktivitas belajar pasti akan menghasilkan peningkatan tentang apa yang dipelajari baik secara keseluruhan ataupun sebagian kecil , yang pasti ada perkembangan dari segi pengetahuan, keterampilan ataupun sikap. Perubahan itu verlaku pada setiap kegiatan belajar tanpa terbatas tempat dan waktu.
Terjadinya perubahan tersebut dikarenakan adanya pertumbuhan dan perkembangan dan jika anak didik tidak dapat mengikuti perkambangan tersebut maka proses belajar akan kurang maksimal . karna perkembangan adalah perubahan ka arah yang lebih baik pada anak didik, oleh krena perubahan dan proses belajar itu terdapat suatu hubungan yang tiadak bisa ditiadakan antar satu dengan yang lain,
Dalam Makalah ini akan dibahas Hubungan perkembangan dengan proses belajar karena ini adalah modal yang harus kita kuasai dalam proses pembelajaran sehingga kita bisa mengukur sampai mana perubahan yang terjadi pada anak didik setelah mereka melakukan aktivitas belajar baik disekolah, dirumah atau dilingkungan Luar.
Rumusan Masalah

Apakah Devinisi Perkembangan ?
Apa Saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan ?
Bagaimanakah Proses, Tugas dan Hukum Perkembangan ?
Bagaimanakah perkembangan Psiko-Fisik Siswa ?
Apakah arti penting Perkembangan Kognitif ?
Tujuan
Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk mengetahui Proses perkembangan Meliputi
Definisi perkembangan
Faktor – faktor yang mmeprngaruhi
Proses, tugas dan hukum perkembangan
Perkembangan Psiko-Fisik Siswa
Arti penting Perkembangan Kognitif

Ruang Lingkup
Karena keterbatasan pengetahuan kami Ruang lingkup pembahasan makalah ini kami batasi hanya pada proses perkembangan siswa pada tingkat dasar dalam melakukan aktivitas belajar










BAB II
PEMBAHASAN
DEVINISI PERKEMBANGAN DAN FAKTOR –FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
Devinisi Perkembangan
Perkembangan (Development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju, Pertumbuhanan sendiri (Grownt) mempunyai arti tahapan peningkatan sesuai dalam hal jumlah, ukuran,dan arti petingnya. Pertumbuhan juga dapat berarti sebuah tahapan perkembangan (McLeod, 1989 ). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), Perkembangan adalah perihal perkembangan yang mana perkembangan itu sendiri menurut KBBI adalah Mekar terbuka atau membentang, menjadi besar, luas, dan banya, serta menjadi tambah sempurna dalam hal keperibadian, fikiran, pengetahuan dan sebagainya. Perkembangan menurut Muhibbin Syah (2013:41) adalah perubahan jasmani dan rohani manusia menuju kearah yang lebih maju,dan sempurna.
Dari pengertian diatas dapat kita tarik kesipulan bahwa perkembangan merupakan suatu perubahan manusia kearah yang lebih baik dan lebih sempurna dari pada sebelumnya. Setiap perkembangan sudah pasti dapat diakatakan perubahan , namun perubahan belum tentu dapat dikatakan perkembangan , karena perubahan bukan hanya menjadi lebih baik akan tetapi bisa jadi lebih buruk dari sebelumnya , tidak terjadi pertumbuhan malah terjadi pengurangan.
Faktor – Faktor yang mempengaruhi perkembangan
Untuk lebih jelasnya, berikut ini penyusun paparkan aliran – aliran yang berhubungan dengan faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan siswa :
Aliran Nativisme
Para ahli menganut aliran ini berkenyakinan bahwa perkembangan manusia itu di tentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa – apa. Sebagai contoh, jika sepasang orang tua ahli musik, maka anak – anak yang mereka lahirkan akan menjadi pemusik pula. Harimau pun akan melahirkan harimau, tak akan pernah melahirkan domba. Jadi pembawaan dan bakat orangtua selalu berpengaruh mutlak terhadap perkembangan anak –anaknya.
Aliran Empirisisme
Doktrin aliran empirisime yang amat mahsyur adalah “tabula rasa”, sebuah istilah bahasa latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (blank slate/blank tablet). Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan pendidikan dalam arti perkembangan manusia itu semata – mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini, para penganut empirisime menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa – apa.Jika seorang siswa memperoleh kesempatan yang memadai untuk mempelajari ilmu politik, tentu kelak ia akan menjadi seorang politisi. Karena ia memilki pengalaman belajar dibidang politik, ia tak akan pernah menjadi pemusik, walaupun orang tuanya seorang pemusik sejati. Memang amat sukar dipungkiri bahwa lingkungan memiliki pengaruh yang besar terhadap proses perkembangan dan masa atau pengalaman depan siswa. Dalam hal ini, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar telah terbukti menentukan tinggi rendahnya mutu prilaku dan masa depan siswa.
Aliran Konvergensi
Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas ( pembawaan ) dengan lingkuanga sebagai faktor – faktor berpengaruh dalam perkembangan manusia. Faktor pembawaan tidak berarti apa-apa jika tanpa faktor pengalaman. Demikian pula sebaliknya, faktor pengalaman tanpa faktor pembawaan tak akan mampu mengembangkan manusia yang sesuai dengan harapan.Sebagai contoh. Seorang anak yang normal pasti memiliki bakat untuk berdiri tegak diatas kedua kakinya. Tetapi apabila anak tersebut tidak hidup dilingkungan masyarakat manusia, misalnya kalau dia dibuang ke tengah hutan belantara tinggal bersama hewan, maka bakat yang ia miliki secara turun-temurun dari orangtuanya itu, akan sulit diwujudkan. Jika anak tersebut diasuh oleh sekelompok serigala, tentu ia akan berjalan diatas kedua tangan dan kakinya. Dia akan merangkak seperti serigala pula. Jadi, bakat dan pembawaan dalam hal ini jelas tidak ada pengaruhnya apabila lingkuangan tidak mengembangkannya,
Faktor yang mempengaruhi tinggi-rendahnya mutu hasil perkembangan siswa pada dasarnya terdiri atas dua macam.
Faktor Intern, yaitu yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri.
Faktor Eksternal, yaitu hal-hal yang datang atau ada diluar diri siswa yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungan.

PROSES,TUGAS,DAN HUKUM PERKEMBANGAN

Proses Perkembangan
Secara umum, proses dapat diartikan sebagai rentetan perubahan yang terjadi dalam perkembangan sesuatu. Adapun maksud dari kata proses dalam perkembangan siswa adalah tahapan-tahapan perubahan yang dialami seorang siswa baik yang berisfat jasmaniah maupun yang bersifat rohaniah. Proses dalam hal ini juga berarti tahapan perubahan tingkah laku siswa, baik yang terbuka maupun yang tertutup.
Secara global, seluruh proses perkembangan individu sampai menjadi “ person ” (diri sendiri ) berlangsung dalam tiga tahapan yaitu sebagai berikut :
Tahapan proses konsepsi ( pembuahan sel ovum ibu oleh sel sperma ayah )
Tahapan proses kelahiran ( saat keluarnya bayi dari rahim ibu kealam dua bebas )
Tahapan proses perkembangan individu bayi tersebut menjadi seorang pribadi yang khas ( development or selfhood ).
Hurlock ( 1980 ) memberi istilah “ stages in the life span” (tingkatan-tingkatan dalam rentang waktu kehidupan ) bagi seluruh proses perkembanga individu. Life spon ini menurutnya berlangsung dalam 10 tingkatan atau fase bermula dari prenatal periode ( masa sebelum lahir ) sampai old age ( masa tua ).
Tugas Dan fase perkembangan
Tugas dan fase perkembangan adalah hal pasti bahwa setiap fase atau tahapan perkembangan kehidupan manusia senantiasa berlangsug seiring dengan kegiatan belajar. Kegiatan belajar dalam hal ini tidak berarti merupakan kegiatan belajar yang ilmiah. Tugas belajar yang muncul dalam setiap fase perkembangan merupakan keharusan universal dan idealnya berlaku secara otomatis, seperti kegiatan belajar keterampilan melakukan sesuatu pada fase perkembangan tertentu yang lazim terjadi pada manusia normal.
Disamping itu, hal-hal lain yang juga menimbulkan tugas-tugas perkembangan tersebut adalah sebagai berikut :
Karena adanya kematangan fisik tertentu pada fase perkembangan tertentu
Karena adanya dorongan cita-cita psikologis manusia yang sedang berkembang itu sendiri.
Karena adanya tuntutan cultural masyarakat sekitar
Robert Havigurst ( 1972 ) membagi tugas dan fase-fase perkembangan kedalam beberapa bagian yaitu sebagai berikut :
Tugas perkembangan pada fase bayi dan anak-anak

Adapun tugas-tugas perkembangan pada fase bayi dan kanak-kanak meliputi kegiatan-kegiatan belajar sebagai berikut :
Belajar memakan makanan keras, misalnya mulai dengan bubur susu, bubur beras dan nasi
Belajar berdiri dan berjalan, misalnya mulai dengan berpegang pada tembok atau sandaran kursi.
Belajar berbicara, misalnya mulai dengan menybut kata ibu, ayah dan nama-nama benda sederhana yang ada disekelilingnya.
Belajar mengendalikan pengeluaran benda-benda buangan dari tubuhnya, misalnya mulai dengan meludah, membuang ingus dan seterusnya.
Belajar membedakan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan, dengan bersopan santun seksual.
Mencapai kematangan untuk belajar membaca dalam arti mulai siap mengenal huruf, suku kata dan kata-kata tertulis.
Belajar mengadakan hubungan emosional selain dengan ibunya, dengan ayah, saudara kandung, dan orang-orang disekelilingnya.
Belajar membedakan antara hal-hal yang baik dengan yang buruk dan juga antara hal-hal yang benar dan salah, serta mengembangkan atau membentuk kata hati ( hati nurani ).

Tugas perkembangan masa atau fase anak-anak

Adapun tugas-tugas perkembangan pada masa anak-anak adalah kegiatan belajar dan mengembangkan hal-hal sebagai berikut :
Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain, seperti lompat jauh, lompat tinggi, mengejar, menghindari kejaran dan sebagainya.
Membina sikap yang sehat ( positif ) terhadap dirinya sendiri sebagai seorang individu yang sedang berkembang seperti kesadaran tentang harga diri dan kemampuan diri.
Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya sesuai dengan etika dan moral yang berlaku dimasyarakatnya.
Belajar memainkan peran sebagai seorang pria ( jika dia seorang pria ) dan sebagai seorang wanita ( jika dia seorang wanita ).
Mengembangkan dasar-dasar keterampilan membaca, menulis dan menghitung.
Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan kehidupan sehari-hari.
Mengembangkan kata hati, moral dan skala nilai yang sesuai dengan keyakinan dan kebudayaan yang berlaku di masyarakat
Menegmbangkan sikap opbjektif atau lugas baik positif maupun negative terhadap kelompok dan lembaga kemasyarakatan
Belajar mencapai kemerdekaan atau kebebasan pribadi sehingga menjadi dirirnya sendiri yang independen atau mandiri dan bertanggung jawab.

Tugas perkembangan fase remaja

Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja pada umumnya meliputi pencapaian dan persiapan segala hal yang berhubungan dengan kehidupan masa dewasa, yakni :
Mencapai pola hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya yang berbeda jenis kelamin sesuai dengan keyakinan dan etika moral yang berlaku dimasyarakat.
Mencapai peranan social sebagai seorang pria ( jika dia seorang pria ) dan peranan social seorang wanita ( jika dia seorag wanita ) selaras dengan tuntutan social dan cultural masyarakatnya.
Menerima kesatuan organ-organ tubuh sebagai pria dan kesatuan organ-organ tubuh sebagai wanita dan menggunakannya secara efektif sesuai dengan kodratnya masing-masing.
Keinginan menerima dan mencapai tingkah laku social tertentu yang bertanggung jawab ditengah-tengah masyarakat.
Mencapai kemerdakaan atau kebebasan emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya dan mulai menjadi seorang “ person ” ( menjadi dirinya sendiri ).
Mempersiapkan diri untuk mencapai karir ( jabatan dan profesi ) tertentu dalam bidang kehidupan ekonomi.
Mempersiapkan diri untuk memasuki dunia perkawinan dan kehidupan berkeluarga yakni sebagai suami dan istri.
Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman bertingkah laku dan mengembangkan ideologi untuk keperluan kehidupan kewarganegaraannya.

Tugas Perkembangan Pada Fase Dewasa

Mulai bekerja mencari nafkah, khusunya apabila dia tidak melanjutkan karier akademik.
Memilih teman atau pasangan hidup berumah tangga.
Mulai memasuki kehidupan berumah tangga.
Belajar hidup bersama pasangan dalam suasana rumah tangga.
Mengelola tempat tinggal untuk keperluan rumah tangga dan keluarga.
Membesarkan anak-anak dengan menyediakan pangan, sandang, dan papan yang cukup dan memberikan pendidikan ( dalam arti luas ) yang memadai.
Menerima tanggung jawab kewarganegaraan sesuai dengan perundang-undangan dan tututan social yang berlaku dimasyarakat.
Menemukan kelompok social ( perkumpulan kemasyarakatan ) yang cocok dan kemsyarakatan

Tugas Perkembangan Pada Fase Setengah Baya

Adapun tugas-tugas perkembangan pada fase setengah tua tersebut adalah sebagai berikut :
Mencapai yanggung jawab social dan kewarganegaraan secara lebih dewasa.
Membantu anak-anak yang berusia belasan tahun agar berkembang menjadi orang-orang dewasa yang bahagia dan bertanggung jawab.
Mengembangkan aktifitas dan memanfaatkan waktu luang sebaik-baiknya bersama orang-orang dewasa lainnya.
Menghubungkan diri sedemikan rupa dengan pasangannya sebagai seorang pasangan yang utuh.
Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan psikologis yang lazim terjadi pada masa setengah baya.
Mencapai dan melaksanakan penampilan yang memuaskan dalam karir
Menyesuaikan diri dengan perikehidupan ( khususnya dalan hal cara bersikap dan bertindak ) orang-orang yang berusia lanjut.

Tugas Perkembangan Fase Usia Tua

Tugas-tugas perkembangan pada masa tua sesuai dengan berkurangnya kekuatan dan kesehatan jasmaniahnya adalah sebagai berikut :
Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan dan kesehatan jasmaniahnya.
Menyesuaikan diri dengan keadaan pension dan berkurangnya income ( penghasilan )
Menyesuaikan diri dengan kematian pasangannya.
Membina hubungan yang tegas ( afiliasi eksplisit ) dengan para anggota kelompok seusianya.
Membina pengaturan jasmani sedemikian rupa agar memuaskan dan sesuai dengan kebutuhannya.
Menyesuaikan diri ( adaptasi ) terhadap peranan-peranan social dengan cara yang luwes.

Hukum-Hukum Perkembangan
Hukum perkembangan dapat diartikan sebagai suatu konsepsi yang bersifat deduktif dan menunjukkan adanya hubungan yang kontinu serta dapat diramalkan sebelumnya antara variabel-variabel yang empiris.
Hukum konvergensi
Hukum Konvergensi ini menekankan kepada pengaruh gabungan antara pembawaaandan lingkungan. Tokoh yang berpendapat demikian adalah Willian Stern yang menyatakan
bahwa pertumbuhan dan perkembangan itu adalah hasil pengaruh bersama kedua unsur pembawaan dan lingkungan.
Hukum Mempertahankan dan Mengembangkan Diri
Sebagai makhluk hidup, manusia mempunyai dorongan/.hasrat untuk mempertahankan diri. Hal ini terwujud pada usaha makan ketika lapar, menyelanatkan diri apabila ada bahaya.
Pada anak kecil usaha ini diwujudkan dengan menangis, apabila lapar, haus, rasa tidak enak badan, dan sebagainya, kemudian si ibu akan tanggap dengan tanda-tanda tersebut.
Dari usaha untuk memepertahankan diri berlanjut menjadi usaha untuk mengembangkan diri.Pada anak-anak biasanya terlihat rasa ingin tahunya itu besar sekali, sehingga ank-anak
tidak hentin-hentinya bertanya mengenai suatu hal dan dirinya akan merasa senang apa bila dunianya diisi dengan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang didapat dari sekelilingnya. Melalui kegiatan bermain, berkumpul dengan teman, bercerita dan sebagainya
itu dapat dianggap sebagai dorongan untuk mengembangkan diri
Hukum Masa Peka
Masa peka ialah masanya suatu fungsi mudah/peka untuk dikembangkan. Masa peka merupakan masa yang terjadi nya dalam perkembangan pada saat-saat tertentu. Misalnya anak usia satu sampai dua tahun yang mengalami masa peka untuk berbicara dan meniru sehingga apa yang diajarkan mudah diikuti dan berhasil dengan baik.
Hukum Kesatuan Organis
Yang dimaksud dengan hukum kesatuan organis disini adalah bahwa berkembangnya fungsi fisik maupun mental psikologis pada diri manusia itu tidk berkembang lepas satu sama lainnya tetapi merupakan suatu kesatuan.
Hukum Rekapitulasi
Merupakan pengulangan ringkasan dari kehidupan suatu bangsa yang berlangsung secara lambat selama berabd-abad. Dengan hokum ini berarti perkembangan jiwa anak itu merupakan ulangan dan adanya persamaan dengan kehidupan sebelumnya (yang dilakukan oleh nenek moyang).
Dapat dibagi dalam beberapa masa:
Masa berburu dan menyamun
Anak usia sekitar 8 tahun senang bermain kejar-kejaran, perang-perangan, menangkap binatang (capung, kupu-kupu, dsb)
Masa mengembala
Anak usia sepuluh tahun senang memelihara binatang seperti ayam, kucing, burung,anjing, dsb.
Masa bercocok tanam
Masa ini dialami oleh anak sekitar umur dua belas tahun, dengan tanda-tanda sengan berkebun, menyiram bunga.
Masa berdagang
Anak senang bermain jual-jualan, tukar menukar foto, perangko, berkiriman surat dengan teman-teman maupun sahabat pena.
Hukum Tempo Perkembangan
Ialah bahwa tiap anak mempunyai tempo kecepatan dalam perkembangannya sendirisendiri. Ada anak yang perkembangannya lebih cepat dari anak lainnya
Hukum Irama Perkembangan
Berlaku terhadap perkembangan setiap orang baik menyangkut perkembangan jasmani maupun rohani. Hal ini berlangsung silih berganti, terkadang teratur, terkadang juga tidak. Adakalanya tenang, adakalanya goncang, tergantung dari irama perkembangan masingmasing individu tersebut. Pada umur tiga sampai lima tahun seorang anak biasanya mengalami irama goncangan sehingga sukar diatur, suka membangkang, tetapi setelah itu anak bisa tenang kembali.

PERKEMBANGAN PSIKO-FISIK SISWA
Perkembangan ialah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniahnya itu sendiri. Penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik.Perkembangan ranah psiko-fisik difokuskan pada proses-proses perkembangan yang di pandang memiliki keterkaitan langsung dengan kegiatan belajar siswa.
Proses – proses perkembangan tersebut meliputi :
Perkembangan motor, yakni proses perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik anak
Perkembangan kognitif, yakni perkembangan fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan/kecerdasan otak anak
Perkembangan sosial dan moral, yakni proses perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak dalam berkomunikasi dengan obyek atau orang lain, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok

Perkembangan Motor (Fisik) Siswa
Motor sebagai segala keadaan yang meningkatkan atau menghasilkan stimulasi/rangsangan terhadap kegiatan organ-organ fisik Motor skills (kecakapan-kecakapan jasmani) perlu dipelajari melalui aktivitas latihan langsung yang disertai dengan pengajaran teori-teori pengetahuan yang bertalian dengan motor skills itu sendiri. Aktivitas latihan perlu dilaksanakan dalam bentuk praktik yang berulang-ulang oleh siswa, akan tetapi dalam praktek itu hendaknya dilibatkan pengetahuan ranah akal siswa.
Ada empat macam faktor yang mendorong kelanjutan perkembangan motor skills anak yang juga memungkinkan campur tangan orang tua dan guru dalam mengarahkannya yaitu :
a) Pertumbuhan dan perkembangan sistem syaraf
b) Pertumbuhan otot-otot
c) Perkembangan dan pertumbuhan fungsi kelenjar endoktrin
d) Perubahan stuktur jasmani

Perkembangan Kognitif Siswa
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang berarti mengetahui. Dalam arti luas cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Seorang pakar terkemuka dalam disiplin psikologi kognotif dan psikologi anak, Jean Piaget yang mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan yaitu :

Tahapan Perkembangan Kognitif Anak
No.
Tahap Perkemabangan Kognitif
Usia Perkembangan Kognitif

1
Sensory-motor (Sensori-motor
0 sampai 2 tahun

2
Preoperational (Preoperasional)
2 sampai 7 tahun

3
Concrete-operational (Konkret operasional)
7 sampai 11 tahun

4
Formal-operational (Formal Operasional)
11 sampai 15 tahun

Perkembangan Sosial dan Moral siswa
Pendidikan, ditinjau dari sudut psikososial (kejiwaan kemasyarakatan), adalah upaya menumbuhkembangkan sumber daya manusia melalui proses hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi) yang berlangsung dalam lingkungan masyarakat yang terorganisasi, dalam hal ini masyarakat pendidikan dan keluarga.
Pendidikan baik yang berlangsung secara formal di sekolah maupun yang berlangsung secara informal di lingkungan keluarga memiliki peranan penting dalam mengembangkan psikososial siswa. Perkembangan psikososial siswa adalah proses perkembangan kepribadian siswa selaku seorang anggota masyarakat dalam hubungan dengan orang lain. Perkembangan ini berlangsung sejak masa bayi hingga akhir hayatnya.
Proses perkembangan social dan moral siswa juga selalu berkaitan dengan proses belajar. Konsekuensinya, kualitas hasil perkembangan sosial siswa sangat bergantung pada kualitas proses belajar (khususnya belajar sosial) siswa tersebut baik di lingkungan sekolah dan keluarga maupun di lingkungan yang lebih luas. Proses belajar itu sangat menentukan kemampuan siswa dalam bersikap dan berperilaku social yang selaras dengan norma moral agama, moral tradisi, moral hukum, dll yang berlaku dalam masyarakat siswa yang bersangkutan.
ARTI PENTING PERKEMBANGAN KOGNITIF
Program pengajaran di sekolah yang baik adalah yang mampu memberikan dukungan besar kepada para siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan mereka. Sehubungan dengan ini, setiap guru sekolah selayaknya memahami seluruh proses dan tugas perkembangan manusia, khususnya yang berkaitan dengan masa prayuwana dan yuwana, yakni anak-anak dan remaja yang duduk di sekolah-sekolah dasar dan menengah. Pengetahuan mengenai proses perkembangan dengan aspeknya itu sangat banyak manfaatnya, antara lain:
Guru dapat memberikan layanan bimbingan yang tepat kepada para siswa, relevan dengan tingkat perkembangannya.
Guru dapat mengantisipasi kemungkinan timbulnya kesulitan belajar siswa lalu segera mengambil langkah yang tepat untuk menanggulanginya.
Guru dapat mempertimbangkan waktu yang tepat untuk memulai
tubuh lainnya, organ otak sebagai markas fungsi kognitif bukan hanya menjadi penggerak aktivitas akal pikiran, melainkan juga aktivitas proses mengajar-belajar bidang studi tertentu.
Guru dapat menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan pengajaran KI dan KD untuk materi atau pokok bahasan yang akan disajikan.
Ranah psikologis siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan yang berkedudukan pada otak ini, dalam perpestif psikologi kognitif adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif (rasa) dan ranah psikomotor (karsa). Tidak seperti organ menara pengontrol aktivitas perasaan dan perbuatan. Yang terpenting bagi guru dan siswa adalah menjaga agar semua sel otak tetap bekerja dan aktif dalam memasok energi mental sehingga kapasitas akal senantiasa meningkat (Larson, 2006).

faedah pengembangan ranah kognitif siswa:
Upaya pengembangan fungsi ranah kognitif akan berdampak positif bukan hanya terhadap ranah kognitif sendiri, melainkan juga terhadap ranah afektif dan psikomotori siswa seperti sebagai berikut:
Mengembangkan Kecakapan Kognitif Siswa
Sekurang-kurangnya ada dua macam kecakapan kognitif siswa yang amat perlu dikembangkan segera khususnya oleh guru, yakni:
Strategi belajar memahami isi materi pelajaran.
Strategi meyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap pesan-pesan dan moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut.
Tugas guru ialah menggunakan pendekatan mengajar yang memungkinkan siswa menggunakan strategi belajar yang berorientasi pada pemahaman yang mendalam terhadap isi materi pelajaran dan mengembangkan kecakapan para siswa memecahkan masalah dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya.
Mengembangkan Kecakapan Afektif
Keberhasilan pengembangan kognitif juga menghasilkan kecakapan ranah afektif. Contoh, seorang guru agama yang piawai dalam mengembangkan kecakapan kognitif, yakni pemahaman mendalam terhadap arti penting materi pelajaran agama akan meningkatkan kecakapan ranah afektif para siswa. Peningkatan kecakapn ini, antara lain berupa kesadaran beragama yang mantap.
Mengembangkan Kecakapan Psikomotor
Keberhasilan pengembangan ranah kognitif juga akan ebrdampak positif terhadap pengembangan ranah psikomotor. Kecakapan psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang konkret dan mudah diamati, baik kuanttasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya terbuka. Namun, kecakapan psikomotor tidak terlepas dari kecakapan afektif. Jadi kecakapan psikomotor siswa merupakan manifestasi wawasan dan kesadaran serta mentalnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Perkembangan merupakan suatu perubahan manusia kearah yang lebih baik dan lebih sempurna dari pada sebelumnya.
Faktor – Faktor yang mempengaruhi perkembangan
aliran – aliran yang berhubungan dengan faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan siswa :
Aliran Nativisme
Aliran Empirisisme
Aliran Konvergensi
Faktor yang mempengaruhi tinggi-rendahnya mutu hasil perkembangan siswa pada dasarnya terdiri atas dua macam
Faktor Intern, yaitu yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri.
Faktor Eksternal, yaitu hal-hal yang datang atau ada diluar diri siswa yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkunga
Proses Perkembangan
maksud dari kata proses dalam perkembangan siswa adalah tahapan-tahapan perubahan yang dialami seorang siswa baik yang berisfat jasmaniah maupun yang bersifat rohaniah
Tahapan proses konsepsi ( pembuahan sel ovum ibu oleh sel sperma ayah )
Tahapan proses kelahiran ( saat keluarnya bayi dari rahim ibu kealam dua bebas )
Tahapan
proses perkembangan individu bayi tersebut menjadi seorang pribadi yang khas ( development or selfhood ).

Tugas Dan fase perkembangan
hal-hal yang menimbulkan tugas-tugas perkembangan tersebut adalah sebagai berikut :
Karena adanya kematangan fisik tertentu pada fase perkembangan tertentu
Karena adanya dorongan cita-cita psikologis manusia yang sedang berkembang itu sendiri.
Karena adanya tuntutan cultural masyarakat sekitar
fase-fase perkembangan kedalam beberapa bagian yaitu sebagai berikut
Tugas perkembangan pada fase bayi dan anak-anak
Tugas perkembangan masa atau fase anak-anak
Tugas perkembangan fase remaja
Tugas Perkembangan Pada Fase Dewasa
Tugas Perkembangan Pada Fase Setengah Baya
Tugas Perkembangan Fase Usia Tua

Hukum-Hukum Perkembangan
Hukum perkembangan dapat diartikan sebagai suatu konsepsi yang bersifat deduktif dan menunjukkan adanya hubungan yang kontinu serta dapat diramalkan sebelumnya antara variabel-variabel yang empiris
Hukum konvergensi
Hukum Mempertahankan dan Mengembangkan Diri
Hukum Masa Peka
Hukum Kesatuan Organis
Hukum Rekapitulasi
Dapat dibagi dalam beberapa masa
Masa berburu dan menyamun
Masa mengembala
Masa bercocok tanam
Masa berdagang
Hukum Tempo Perkembangan
Hukum Irama Perkembangan
Proses – proses perkembangan tersebut meliputi :
Perkembangan motor, yakni proses perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik anak
Perkembangan kognitif, yakni perkembangan fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan/kecerdasan otak anak
Perkembangan sosial dan moral, yakni proses perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak dalam berkomunikasi dengan obyek atau orang lain, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok

faedah pengembangan ranah kognitif siswa:
A. Mengembangkan Kecakapan Kognitif Siswa
B. Mengembangkan Kecakapan Afektif
C. Mengembangkan Kecakapan Psikomotor














DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin,2013.Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
Syah,Muhibbin,2010.PsikologiPendidikan,Bandung:PT.Remaja Rosdakarya
Ahmadi,AbudanSholeh,Munawar,2005.PsikologiPerkembangan,jakarta:PT.Rineka Cipta
Kadir, Abdul. 2007.Bahan Ajar Psikologi Pendidikan , Kendari:Departemen Agama,.
Machmud, Hadi. 2010.Psikologi Perkembangan , Kendari : CV. Shadra,
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/194412051967101-KOKO_DARKUSNO_A/HUKUM-HUKUM_PERKEMBANGAN.pdf di Akses pada 14 Maret 2019, 22:00
http://mahaperpus.blogspot.com/2011/12/perkembangan-peserta-didik-hubungannya.html Tersedia [Online] diakses pada 13 Maret 2019 12:00
http://demamfiksi.blogspot.com/2015/09/perkembangan-dan-hubungannya-dengan.html?m=1 Tersedia [Online] Diakses pada 12 Maret 2019 17:23

Rabu, 13 Maret 2019

Metode pembelajaran kitab madarij addurus allughah al arabiyyah

Metode Pembelajaran Bahasa Arab Madarij Durus Al Arabiyah
Secara global, kegiatan yang harus dilakukan dan tidak boleh ditinggalkan dalam setiap pertemuan pembelajaran Madarij adalah kegiatan untuk melatih ketrampilan – ketrampilan bahasa sebagai berikut :
1. MENDENGAR DAN MEMBACA ( al istima’ wa al qira’ah )
2. MENTERJEMAH KOSA KATA DAN PENJELASAN KAEDAH SUSUNAN KALIMAT SESUAI KEBUTUHAN ( tarjamah al mufrodat wa tadris al qowaid ‘ala al asas al wadhifi )
3. BERBINCANG / BERBICARA ( al muhadatsah / al kalam )
4. MENULIS ( al kitabah )
Selanjutnya, di akhir setiap pertemuan perlu diadakan EVALUASI . Diantara manfaat diadakannya evaluasi di setiap pertemuan adalah untuk mengukur tingkat pemahaman santri terhadap materi yang disampaikan pada pertemuan tersebut. Dengan mengetahui tingkat pemahaman santri, guru dapat menentukan tindakan tepat dalam pertemuan pembelajaran berikutnya. Disamping itu, evaluasi ini juga bisa digunakan sebagai sarana untuk memotivasi santri yang sudah menguasai pelajaran maupun yang belum.
Apabila salah satu kegiatan untuk melatih ketrampilan – ketrampilan di atas ditinggalkan dalam sebuah pertemuan pembelajaran, maka pembelajaran tersebut tidak menyesuai tujuan dari disusunnya Madarij sebagai bahan pembelajaran bahasa arab. Secara otomatis, hasil yang dicapai tidak akan bisa maksimal sebagaimana yang diharapkan.
Untuk memantapkan penguasaan santri terhadap materi yang diberikan, guru bisa memberikan PR / TUGAS . Tentunya guru harus bijaksana dalam mengukur intensitas dan sedikit banyaknya tugas. Tugas yang terlalu banyak bisa menjadikan santri terlalu terbebani sehingga semangat dan antusiasmenya untuk belajar akan menurun. Sebaliknya, bila guru jarang atau bahkan tidak pernah memberikan tugas, dikhawatirkan tidak mendidik santri untuk mau muthola’ah.
Format penyusunan Madarij mengajak santri untuk aktif mengasah ketrampilan – ketrampilan bahasa di atas dengan cara mengulang dan membiasakan. Bisa dikatakan metode utama pembelajaran bahasa arab dengan Madarij adalah MENGULANG – ULANG ( AT TIKROR ) dan MEMBIASAKAN ( AT TA’WIID ). Satu kalimat bahasa arab diulang – ulang dengan kata yang berbeda. Kata – kata barupun diulang – ulang dalam kalimat yang berbeda – beda. Tanpa terasa santri diajak mendengar, membaca, memahami arti dan kaedah serta menulis kata ataupun kalimat bahasa arab secara berulang – ulang. Pengulangan ini menjadikan santri terbiasa bahkan hafal dengan sendirinya. Dengan mengajak santri aktif, waktu yang disediakan dalam setiap pertemuan pembelajaran akan bisa dimanfaatkan dengan efektif dan efisien.
Berikut ini contoh alokasi waktu untuk masing – masing kegiatan melatih ketrampilan bahasa di atas dalam satu pertemuan :
NO WAKTU TERSEDIA ALOK
MEMBACA TERJEMAH BERBI
1
45 MENIT 10 MENIT 15 MENIT 5 M
2
60 MENIT 15 MENIT 20 MENIT 10
3
90 MENIT 20 MENIT 25 MENIT 15
Kebijakan guru dalam menentukan sedikit banyaknya materi yang diajarkan juga mempengaruhi tingkat keberhasilan santri dalam menguasai materi. Menambah sedikit materi tapi dikuasai santri lebih baik dari pada menambah banyak tapi tidak dikuasai santri. Dengan menguasai sedikit materi yang diajarkan guru, santri akan merasa bisa. Bila santri merasa bisa, tentunya semangat dan antusiasmenya untuk belajar bahasa arab akan semakin besar. Ini sangat mendukung keberhasilan santri tersebut dalam belajar.
Created by: Ustadz H. M. Yasin Wasiat

Sember : link

Strategi Pembelajaran Bahasa arab Tingkat dasar

A. Pengertian Strategi Pembelajaran Bahasa Arab
Secara umum, strategi dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi untuk sampai pada tujuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus ( yang diinginkan ). [1] Joni berpendapat bahwa yang dimaksud strategi adalah suatu prosedur yang digunakan untuk memberikan suasana yang kondusif kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Adapun ciri-ciri strategi menurut Stone dan Sirait adalah sebagai berikut:
1. Wawasan Waktu, meliputi cakrawala waktu yang jauh ke depan, yaitu waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut dan waktu yang diperlukan untuk mengamati dampaknya
2. Dampak, walaupun hasil akhir dengan mengikuti strategi tertentu tidak langsung terlihat untuk jangka waktu lama, dampak akhir akan sangat berarti
3. Pemusatan upaya, sebuah strategi yang efektif bisanya mengharuskan pemusatan kegiatan, upaya, atau perhatian terhadap rentang sasaran yang sempit
4. Pola keputusan, kebanyakan strategi mensyaratkan bahwa sederetan keputusan tertentu harus diambil sepanjang waktu. Keputusan-keputusan tersebut harus saling menunjang, artinya mengikuti suatu pola yang konsisten
5. Peresapan, sebuah strategi mencakup suatu spektrum kegiatan yang luas mulai dari proses alokasi sumber daya sampai dengan kegiatan operasi harian. Selain itu, adanya konsistensi sepanjang waktu dalam kegiatan-kegiatan ini mengharuskan semua tingkatan organisasi bertindak secara naluri dengan cara-cara yang akan memperkuat strategi.
Dengan demikian, strategi dapat diartikan sebagai suatu susunan, pendekatan, atau kaidah-kaidah untuk mencapai suatu tujuan dengan menggunakan tenaga, waktu, serta kemudahan secara otimal.
Strategi pengajaran terdiri atas metode dan teknik atau prosedur yang menjamin siswa mencapai tujuan. Strategi pengajaran lebih luas daripada metode atau teknik pengajaran. Peranan strategi pengajaran lebih penting apabila guru mengajar siswa yang berbeda dari segi kemampuan, pencapaian, kecenderungan, serta minat. [2]
Bahasa sendiri merupakan alat komunikasi. Manusia sejak lahir berusaha untuk dapat berkomunikasi dengan lingkungannya. Dari itu lahirlah bahasa masyarakat tertentu dengan tanpa harus musyawarah terlebih dahulu. Karena setiap masyarakat melahirkan bahasa untuk berkomunikasi dikalangan mereka, maka terjadilah bahasa-bahasa yang beraneka ragam sesuai dengan taraf masyarakat, dimana bahasa itu lahir.
Namun demikian para ahli bahasa mengelompokan bahasa-bahasa di dunia menjadi beberapa rumpun. Max Muller membaginya kepada tiga rumpun, yaitu; Indo Eropa, Semit Hemit dan Turania. Bahasa Arab termasuk dalam rumpun bahasa semit yang menjadi salah satu rumpun dari bahasa semit-semit atau dalam istilah lain homo semetic atau dalam bahasa Arab
Al-Hamiyal Al-Samiyah . Bahasa Arab adalah kalimat yang disampaikan oleh orang Arab untuk maksud-maksud mereka. Abdul Alim Ibrahim mengatakan bahwa bahasa Arab adalah bahasanya orang-orang Arab dan bahasanya orang-orang Islam. [3]
Syaikh Mustofa al-Ghulayaini mengemukakan: Al-lughah al-arabiyyah hiya al-kalimat allati yuabbiru biha al-arab an aghradlihim. (Bahasa Arab adalah kata-kata yang dipergunakan orang Arab untuk mengungkapkan segala tujuan atau maksud mereka).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengajaran bahasa Arab adalah proses penyajian dan menyampaian ilmu pengetahuan oleh guru bahasa Arab kepada murid dengan tujuan agar murid memahami dan menguasai bahasa Arab serta dapat mengembangkannya. Pengajaran bahasa Arab diarahkan kepada pencapaian tujuan, yaitu tujuan jangka panjang (tujuan umum) dan tujuan jangka pendek (tujuan khusus). Secara umum tujuan pengajaran bahasa Arab do Indonesia adalah agar siswa mampu menggunakan bahasa tersebut secara aktif maupun pasif. [4]
B. Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab
Pemilihan strategi dalam pembelajaran bahasa Arab memuat dua hal penting yakni pemilihan strategi belajar yang dilakukan oleh peserta didik dan pemilihan strategi
mengajar yang harus dilakukan
oleh tenaga pendidik.
Pemilihan strategi pembelajaran bahasa Arab dapat berdasarkan pertimbangan atau kriteria sebagai berikut:
1. Tujuan Belajar
Startegi pembelajaran harus dipilih sesuai dengan tujuan belajar
yang diharapkan dapat dicapai
peserta didik. Tujuan belajar
merupakan titik tolak penentuan
strategi yang akan digunakan. Misalnya tujuan belajar siswa dapat memahami jumlah ismiah. Dengan demikian metode yang dipakai sebagai bagian dari strategi adalah menggunakan metode qawa’id dan terjemah.
2. Materi atau isi pelajaran
Peranan materi atau isi
pelajaran yaitu, pertama, mencerminkan suatu sudut pandang
yang tajam dan inovatif mengenai
pengajaran serta mendemontrasi aplikasinya dalam bahan ajar yang disajikan. Kedua, menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, ketiga menyedia sumber yang tersusun rapid an bermanfaat,
keempat, menyajikan metode- metode dan sarana-sarana
pembelajaran untuk memotivasi peserta didik, kelima menjadi penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis keenam,
menyajikan bahan evaluasi dan remedial.
3. Peserta Didik
Peserta didik sebagai orang yang belajar merupakan subjek dalam
proses pembelajaran. Dalam
pemilihan strategi pembelajaran yang efektif harus memperhatikan karakteristik peserta didik yang memiliki potensi dan firah yang dimiliki dan sekaligus harapan untuk berkembang kearah yang lebih baik dan menjadi pribadi yang sempurna.
4. Kondisi pendidikan dimana berlansung
Efektif tidaknya suatu strategi
pembelajaran sangat dipengaruhi
kemampuan guru memakainya
disamping kepribadian guru.
5. Waktu,
Waktu yang tersedia juga
perlu diperhatikan ketika meyampaikan materi bahasa Arab
dengan menggunakan strategi tamsil atau al naql sementara waktu yang disediakan hanya 45 menit. Maka
waktu tersebut harus diguna
seefektif mungkin sehingga kompetensi dasar peserta didik dapat tercapai.
6. Sarana yang dapat dimanfaatkan.
7. Biaya.
Pemilihan
strategi pembelajaran bahasa
Arab yang akan digunakan
dalam proses pembelajaran
bahasa Arab hendaknya ditentukan berdasar kriteria sebagai berikut :
1. Berorientasi pada strategi pembelajaran.
Tipe perilaku apa yang
diharapkan dapat dicapai
oleh peserta didik misalnya
peserta didik mampu
berkomunikasi menggunakan bahasa Arab, maka strategi
yang paling dekat dan sesuai adalah diantaranya khibrat mutsirah, strategi ini untuk memotivasi siswa
mengungkapkan pengalaman
yang pernah dialami atau strategi tamtsiliyah adalah mengekspresikan dialek bahasa Arab fusha dengan
fasih sesuai dengan makhraj
dan mengeksplorasi kemampuan mereka bermain peran.
2. Pilih teknik pembelajaran sesuai keterampilan berbahasa untuk bahasa arab keterampilan yang harus dimiliki adalah istima’, kalam, qira’ah dan kitabah yang diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik.
3. Gunakan media
pembelajaran sebanyak
mungkin memberi rangsangan pada indera peserta didik. Misalnya menggunakan laboratorium
bahasa untuk pembelajaran
istima’ agar dapat mendengar lansung penutur asli berbicara dan dapat
mencoba mengulang dengan menggunakan headphone. [5]
C. Maharotul istima’
Menyimak, sebagai salah satu keterampilan berbahasa, tidak kalah pentingnya dengan berbicara, membaca dan menulis. Menyimak, berbicara, membaca dan menulis harus disajikan secara terpadu dalam pembelajaran keterampilan berbahasa di MI/SD. Menyimak diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa secara langsung atau melalui rekaman radio, telepon atau televisi. Bunyi bahasa yang diterima kemudian ditafsirkan maknanya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa menyimak merupakan proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasikan, menafsirkan, menilai, dan mereaksi terhadap makna yang termuat pada wacana lisan. Jadi, peristiwa menyimak pada hakikatnya merupakan rangkaian kegiatan penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. [6]
Berdasarkan hasil penelitian ilmiah membuktikan, bahwa sebagian besar orang hanya dapat menyerap 30% saja dari pengetahuan yang didengarnya dan hanya dapat mengingat 25% dari apa yang ia serap dari pengetahuan. Oleh karena itu untuk dapat meningkatkan daya serap pengetahuan yang di dengar maka
maharotul istima’ perlu dilatih secara khusus. Adapun strategi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
a. Ta’lim muta’awin , strategi ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling berbagi hasil belajar dari materi yang sama dengan cara yang berbeda dengan membandingkan catatan hasil belajar.
b. Talkhis magza’ , strategi ini menguji kemampuan
menyimak terhadap isi cerita. Melalui pertanyaan (apa, siapa, mengapa, bagaimana, dimana dan kapan) siswa dapat memberikan jawaban sesuai dengan isi cerita yang disimak. Tujuan strategi ini untuk menumbuhkan proses berpikir kreatif dan kritis terhadap materi yang diberikan.
c. Istima’ Mutabadil , melatih pendengaran peserta didik dengan cara menyajikan suatu bacaan dengan tema tertentu. Kemudian, meminta peserta didik untuk menganalisis dengan menggunakan kata-kata tanya (istifham ). Strategi ini bertujuan agar peserta didik untuk tetap konsentrasi dan fokus pada materi yang sedang disampaikan.
d. Istima’ al-ma’lumat aw al-akhbar, peserta didik dapat melatih pendengaran lewat kebiasaan mendengar berbagai berita dan informasi yang disajikan lewat media elektronik. Dari sajian latihan pendengaran model ini, maka peserta didik terbiasa memahami gaya bahasa yang digunakan dan model komunikasi yang dilakukan oleh native speaker. Strategi ini tujuannya adalah agar peserta konsentrasinya akan terfokus untuk tetap utuh dalam waktu yang cukup lama. [7]
D. Maharotul Kalam
Berbicara ( Kalam) secara etimologis adalah perkataan, percakapan, dan pembicaraan. Adapun pengertian Berbicara (Kalam ) secara terminologis adalah mengucapkan bunyi-bunyi bahasa arab secara benar dan akurat, dan bunyi-bunyi tersebut keluar dari makhraj al-huruf yang telah menjadi konsensus pakar bahasa. [8]
Keterampilan berbicara ini sebenarnya sangat menarik, akan tetapi sering terjadi sebaliknya, yaitu suasana menjadi kaku dan akhirnya macet. Hal ini disebabkan penguasaan kosa kata dan pola kalimat peserta didik yang minim, pendidik bahasa Arab tidak memiliki kompetensi aktif, bahkan peserta didik kurang berani mengekspresikan kompetensinya karena takut salah. Namun, kunci keberhasilan keterampilan berbicara ini sebenarnya ada pada pendidik, dimana ia mampu menawarkan alternatif topik-topik yang aktual serta bervariasi.
Dalam pembelajaraan kalam ada beberapa hal yang harus diperhatikan pertama, mempunyai topik yang akan dibicarakan, kedua mempunyai kosa kata yang relevan dengan topik. Adapun strategi yang dapat digunakan dapat digunakan dalam pembelajaran kalam adalah sebagai berikut
a. Khibrat mutsirah, menyampaikan topik bahasa Arab yang selalu dikaitkan dengan pengalaman peserta didik sehari-hari. Kemudian, meminta peserta didik untuk mengungkapkan kembali pengalamannya yang disesuaikan dengan topik tersebut. Strategi ini bertujuan agar peserta didik mengungkapkan pengalaman yang pernah dialami berkaitan dengan teks yang akan diajarkan.
b. Ta’bir al-ara’ al-ra’isiyyah , mengasah keberanian peserta didik untuk bicara dengan bahasa Arab secara spontan dan kreatif, yaitu dengan menjelaskan materi melalui peta konsep (labelisasi ). Strategi ini bertujuan untuk mengasah keberanian peserta didik mengungkapkan bahasa Arab secara spontanitas kreatif.
c. Tamtsiliyyah , mengajak peserta didik belajar bahasa Arab dengan cara bermain drama, masing-masing diberi peran sesuai skenario yang terdapat dalam bacaan. Pada kegiatan ini mempunyai dua manfaat, yaitu hiburan dan belajar berbahasa. Strategi ini bertujuan agar peserta didik dapat mengekspresikan dialek bahasa Arab fusha dengan
fasih sesuai dengan makhraj. Dan mengekplorasi kemampuannya dalam bermain peran.
d. Ya’lab daur al-mudarris , strategi ini bertujuan untuk mendapatkan partisipasi lansung baik dari kelas ataupun individu dan setiap peserta didik dapat berperan sebagai guru dari kawan-kawannya. [9]
Langkah-langkah yang dapat dilakukan guru dalam pembelajaran kalam (berbicara) di SD/MI yaitu:
a. Guru mulai melatih bicara dengan memberi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa.
b. Pada saat yang bersamaan siswa diminta untuk belajar mengucapkan kata, menyusun kalimat dan mengungkapkan pikiran.
c. Guru mengurutkan pertanyaan-pertanyaan yang dijawab oleh siswa sehingga berakhir membentuk sebuah tema yang sempurna.
d. Guru bisa menyuruh siswa menghafalkan percakapan atau menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan isi teks yang telah dibaca siswa.
[10]
Misalnya dalam pembelajaran kalam guru dapat memulai pembelajaran dengan menyebutkan nama-nama benda yang ada dalam ruang kelas dan meminta siswa untuk menyebutkannya kembali, setelah itu materi dilanjutkan dengan merangkai kosa kata tersebut menjadi suatu kalimat seperti:
ﻫَﺬَﺍ ﻗَﻠَﻢ ﺍَﻳْﻦَ ﻛِﺘَﺎﺏ؟ ﻛِﺘَﺎﺏ ﻓِﻲ ﺍﻟﻤَﺤْﻔَﻈَﺔ
Selain itu dapat pula menggunakan gambar atau benda tertentu, kemudian guru membuat sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan gambar tersebut dan siswa diminta untuk menjawabnya atau meminta siswa menjelaskan gambar tersebut seperti gambar bunga dibawah ini. [11]
( Sumber: google.com )
ﻣَﺎ ﻫﺬﺃ؟ ...
ﻫﺬﺍ ﻭَﺭﺩﺓ
ﻣَﺎ ﻟَﻮْﻧُﻬَﺎ؟ ...
ﻟَﻮﻧُﻬﺎ ﺍَﺣْﻤَﺮ
E. MaharotulQira’ah
Membaca merupakan materi terpenting diantara materi-materi pelajaran lainnya. Siswa tidak akan pandai pada pelajaran yang lain apabila dia tidak dapat membaca dengan baik. Dapat dikatakan bahwa membaca merupakan sarana terpenting dalam pencapaian tujuan pembelajaran bahasa Arab terutama pembelajaran bahasa Non Arab.
Membaca adalah salah satu keterampilan berbahasa yang tidak mudah dan sederhana, tidak sekedar membunyikan huruf-huruf atau kata-kata akan tetapi sebuah keterampilan yang melibatkan berbagai kerja akal dan pikiran. Membaca merupakan kegiatan yang meliputi semua bentuk-bentuk berpikir, memberi penilaian, memberi keputusan, menganalisis dan mencari pemecahan masalah. Maka terkadang orang yang sedang membaca teks harus berhenti sejenak atau mengulangi lagi satu atau dua kalimat yang telah dibaca guna berpikir dan memahami apa yang dimaksud oleh bacaan. [12]
Membaca sebenarnya meliputi kegiatan berpikir, menilai, menganalisis, dan memecahkan masalah. Membaca dapat dibagi menjadi; membaca jelas dan dalam hati, serta membaca intensif (mukasyafah ) dan ekstensif (muwassa’ah ). Kegiatan membaca dapat dilakukan dengan, antara lain:
a. Muzakarat al-Talamiz , yakni
dengan mendorong peserta
didik untuk mencari tahu
dan mempertanyakan hal-hal yang belum dimengerti dari sebuah wacana atau bacaan dengan cara guru menentukan bacaan, guru memberi kesempatan antara 5-10 menit untuk mempelajari teks. Setelah itu, peserta didik mengajukan pertanyaan kepada yang lain, kemudian guru menjelaskan isi teks.
b. Akhziyat al-Nash , dengan membagi peserta didik dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok diminta
mengambil topik yang
terdapat dalam setiap
alenia. Setelah selesai
perwakilan kelompok menyampaikan hasil kajian dari alenia tersebut pada kelompok lain, dan seterusnya.
c. Tartib al-Nash , teknis untuk mengetahui kemampuan dan pemahaman dalam membaca dari peserta didik.
Langkahnya adalah peserta
didik dibagi dalam
beberapa kelompok, setiap kelompok diminta untuk menyusun kembali kalimat atau wacana yang dipotong-potong atau terpisah sehinga tersusun kembali menjadi sebuah bacaan yang sistematis. [13]
d. Talkhis Jama’I , strategi ini membantu siswa untuk lebih akrab dan saling berinteraksi dalam menuangkan gagasan dalam memahami materi. [14]
F. Maharotul Kitabah
Keterampilan menulis harus diajarkan secara bertahap kemudian pada tahap yang lebih tinggi. Adapun prinsip-prinsip dalam mengajarkan
maharatul kitabah adalah sebagai berikut:
1) tema harus jelas.
2) tema dianjurkan berasal dari kehidupan nyata atau pengalaman langsung dari peserta didik.
3) pengajaran insya’ harus dikaitkan dengan qawa’id dan
muthala’ah .
4) pekerjaan peserta didik harus dikoreksi, jika tidak maka peserta didik akan tetap melakukan kesalahan yang sama.
5) mengoreksi kesalahan diurutkan berdasarkan kepentingan dan dibahas pada pelajaran berikutnya.
Adapun strategi yang dapat digunakan dalam maharatul kitabah adalah sebagai berikut:
a) Musyarakat al-Kitabah al-Fa’alah
Strategi ini dapat membuat peserta didik siap untuk mengeksplorasikan gagasannya lewat tulisan. Tujuan dari strategi ini adalah untuk melihat kemampuan peserta didik dalam menulis dan bekerja sama dalam tim.
b) Ta’bir al-Shuwar
Strategi ini bertujuan untuk melibatkan peserta didik dalam menemukan dan menuntut ide cerita secara sistematis.
c) Mafahim Ra’isiyah
Strategi ini merupakan rangkuman berbentuk gambar atau diagram tentang konsep yang saling berhubungan dengan garis panah.
d) In’ikas al-Maudlu’
Tujuan dari strategi ini agar peserta didik dapat bereksperimen dengan tema yang telah ditetapkan untuk mengeksplorasi objek langsung lewat kacamatanya.
[15]
G. Strategi Pembelajaran Mufradat (kosa kata)
Pembelajaran mufradat yang dimaksud disini adalah mempelajari mufradat bertujuan agar siswa menguasai mufradat dan dapat menerjemahkan serta mampu mengaplikasikannya dalam penggunaan kalimat yang kemudian siswa dituntut menggunakannya dalam bentuk lisan dan tulisan.
Dalam pembelajaran
mufradat guru harus menyiapkan kosa kata yang tepat bagi siswa-siswanya. Oleh sebab itu guru harus berpegang pada prinsip-prinsip dan kriteria yang jelas. Adapun prinsip-prinsip dalam memilih mufradat yang akan diajarakan pada pembelajaran asing (selain penutur Arab)
adalah sebagai berikut:
a. Tawatur ( frekuensi ) artinya memilih mufradat (kosa kata) yang sering digunakan.
b. Tawazzu ( range ) artinya memilih mufrad yang banyak digunakan di negara-negara Arab, yakni tidak hanya banyak digunakan di sebagian Negara Arab.
c. Mataahiyah (availability ) artinya memilih kata tertentu dan bermakna tertentu pula. Yakni kata-kata yang digunakan dalam materi tertentu.
d. Ulfah (familiarity ) artinya memilih kata-kata yang familiar dan terkenal serta meninggalkan kata-kata yang jarang terdengar penggunaannya. Sperti kata syamsun lebih terkenal dari kata dzuka walaupun artinya sama.
e. Syummul (coverege ) artinya memilih kata-kata yang digunakan dalam berbagai bidang tidak terbatas pada bidang tertentu. Contoh kata
baitun lebih baik dipilih dari pada kata manzil , karena penggunaanya lebih umum.
f. Ahmmiyah, artinya memilih kata-kata yang sering dibutuhkan penggunaanya oleh siswa dari pada kata-kata terkadang tidak dibutuhkan atau jarang dibutuhkan.
g. ‘uruubah , artinya memilih kata-kata Arab, yakni memilih kata Arab walaupun ada bandingannya dalam bahasa lain. Contoh memilih kata haanif dari pada kata telepon, atau kata midziya’ dari pada kata radio dan lain sebagainya
Ada beberapa cara yang dapat ditempuh dalam menjelaskan materi mufradat kepada siswa diantaranya :
· Dapat menampilkan benda yang ditunjuk oleh makna kata
· Menggunakan tubuh/boneka sebagai alat peraga. Misalnya, menyebutkan nama-nama anggota tubuh manusia
· Bermain peran. Misalnya guru memegang kepalanya yang sedang sakit dan dokter melakukan pemeriksaan terhadapnya
· Menyebutkan lawan kata dan sinonimnya
· Mencari makna kosa kata dalam kamus dan lain sebagainya yang dianggap relefan untuk pembelajaran mufradat .
[16]
H. Strategi Pembelajaran Nahwu (Tata Bahasa)
Nahwu merupakan kaidah-kaidah bahasa yang lahir setelah adanya bahasa. Kaidah-kaidah ini lahir dilatar belakangi adanya kesalahan-kesalahan dalam penggunaan bahasa. Oleh sebab itu sesungguhnya nahwu itu dipelajari agar pengguna bahasa dapat menyampaikan ungkapan. Bahasa dan mampu memahaminya dengan benar baik dalam bentuk tulisan (membaca dan menulis dengan benar). Maupun dalam bentuk ucapan (bicara dengan benar).
[17]
Menurut sistem lama, gramatika (qawa’id ) adalah merupakan materi yang harus disajikan secara prioritas, sebelum mempresentasikan materi pelajaran yang lainnya. Khususnya di dalam pembelajaran bahasa Arab. Namun setelah bahasa Arab berkembang, maka posisi gramatika ( qawa’id ) beralih fungsi, tidak lagi seperti semula. Bahkan menurut pendapat terbaru tegas Mahmud Yunus, gramatika ( nahwu dan sharaf ) itu disajikan secara sambilan dalam pembelajaran membaca ( muthala’ah ), bercakap-cakap ( muhadatsah ), dan hafalan ( mahfudzat ) pada tingkat Ibtidaiyah. Sesudah itu tegas Mahmud Yunus lebih lanjut, baru diajarkan nahwu dan sharaf sesuai dengan metode yang teratur.
Gramatika dalam proses pembelajarannya bisa dilakukan melalui al-Tadrib al-Lughawi
(latihan bahasa). Ada tiga teknik pembelajaran gramatika ( qawa’id ) melalui proses al-Tadrib al-Lughawi , yaitu:
a) Latihan Teknik Dialogis
Prinsip teknik dialogis ini adalah:
· Pendidik mempersiapkan seperangkat teks dialog yang mengandung aneka unsur kesatuan gramatika yang akan didrillkan terhadap peserta didik.
· Pendidik melatih peserta didik tentang materi dialog diatas secara kontinyu dengan proses mendengarkan, mengikuti, menirukan, berlatih, dengan tanpa mengabaikan pengetahuan peserta didik terhadap istilah nahwu dan sharaf , sehingga peserta didik tidak merasa sedang beratih ( Gramatika)
Contoh latihan bahasa dengan menggunakan
dhamir:
ﻣﻦ ﺃﻳﻦ ﺃﻧﺖ؟ ﺃﻧﺎ ﻣﻦ ﻻﻧﺒﻮﻧﺞ
ﻫﻞ ﺍﻧﺖ ﻃﺎﻟﺐ؟ ﻧﻌﻢ، ﺃﻧﺎ ﻃﺎﻟﺐ
b) Latihan Teknik Simulasi Bahasa
Contoh konkret latihan teknik simulasi bahasa:
Pendidik menulis contoh di papan tulis yang ditirukan oleh peserta didik, seperti ﺃﻧﺎ ﺭﺳﻢ ﻭ ﺃﻧﺖ ﻣﺎﺫﺍ ﺭﺳﻤﺖ؟ kemudian siswa berdiri disekitarnya, setelah itu peserta didik pertama bertanya kepada kawan disampingnya ﺃﻧﺎ ﺭﺳﻤﺖ ﻛﺮﺓ، ﻭ ﺃﻧﺖ، ﻣﺎﺫﺍ ﺭﺳﻤﺖ؟ ﻭﺳﺄﻝ ﺍﻟﺘﻠﻤﻴﺬ ﺍﻷﻭﻝ ﻣَﻦْ ﺑﺠﻮﺍﺭﻩ , maka ia menjawab, dan kemudian balik bertanya kepada kawan disebelahnya. Begitu seterusnya. Barang siapa yang salah maka keluar dari area simulasi[18]
Anshor, A. M. (2009). Pengajaran Bahasa Arab Media dan Metodenya . Yogyakarta: Teras.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hairuddin, dkk. (2008). Bahan Ajar Cetak Pembelajaran Bahasa Indonesia . Jakarta: Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar . Bandung: CV Pustaka Setia.
Hamid, A. dkk. (2008). Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media. Malang: UIN-Malang Press.
Mu’in, A. (2015). Analisis Kontrasif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia . Pekalongan: CV Duta Media.
Muna, W. (2011). Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Yogyakarta:Teras.
Subur. (2006). “Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab”. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan Insania . 11, (2), 164-175.
Yusraini. (2012). “Strategi Pembelajaran Bahasa Arab dan Implikasinya Terhadap Efektivitas Pembelajaran Bahasa Arab”. Jurnal Media Akademika . 27, (3), 387-402.
Zulhannan. (2014). Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Intensif . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

[1] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. Ke-4, ( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008 ), hlm. 1340
[2] Hamdani, Strategi Belajar Mengajar , ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2011 ), hlm. 18-19
[3] Abd.Mu’in HS, Analisis Kontrasif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, (Pekalongan: CV Duta Media, 2015), hlm.18-19
[4] Ahmad Muhtadi Anshor,
Pengajaran Bahasa Arab Media dan Metodenya , (teras: Yogyakarta, 2009), hlm.6-7
[5] Yusraini, (2012). “Strategi Pembelajaran Bahasa Arab dan Implikasinya Terhadap Efektivitas Pembelajaran Bahasa Arab”. Jurnal Media Akademika . Vol. 27, No. 3, hal. 392-395
[6] Hairuddin, dkk., Bahan Ajar Cetak Pembelajaran Bahasa Indonesia . (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. 2008). hlm. 3.5
[7] Yusraini, (2012). “Strategi Pembelajaran Bahasa Arab dan Implikasinya Terhadap Efektivitas Pembelajaran Bahasa Arab”. Jurnal Media Akademika . Vol. 27, No. 3, hal. 396-397.
[8] Drs. Zulhannan, M.A, Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Intensif . (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014). hlm. 95.
[9] Yusraini, Op. Cit., hal. 397.
[10] Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Yogyakarta:Teras,2011), hlm.120.
[11] Ibid., hlm.121.
[12] M. Abdul Hamid, dkk.,
Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media,
( Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 46.
[13] Subur, (2006). “Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab”. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan Insania . Vol. 11, No. 2, hal. 6.
[14] Yusraini, Op. Cit., hal. 398.
[15] Yusraini, Ibid ., Hlm. 398-399.
[16] Wa Muna, Op. Cit.,
hlm.129-130.
[17] Ibid. , hlm. 131.
[18] Zulhannan, Op. Cit.,

Makalah

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah 
            Dalam proses belajar mengajar, kehadiran alat / media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut, ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Dikatakan bahwa, “Media pengajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau mempertinggi mutu proses kegiatan belajar mengajar”. Dikatakan juga bahwa, “Alat / Media  merupakan sarana yang membantu proses pembelajaran terutama yang berkaitan dengan indera pendengaran dan penglihatan, bahkan adanya alat / media tersebut dapat mempercepat proses pembelajaran murid karena dapat membuat pemahaman murid lebih cepat pula”.
Dikatakan juga bahwa, “Penggunaan media pengajaran dalam proses pengajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi kualitas pengajaran”. Dikatakan juga bahwa, “Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran”. Dikatakan juga bahwa, “Media adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektifitas komunikasi dan interaksi edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah”.
            Namun, meskipun begitu pentingnya alat / media bagi tercapainya tujuan pendidikan, masih banyak dijumpai lembaga-lembaga pendidikan yang kurang mementingkan suatu alat / media tersebut. Terbukti banyak ditemukan kasus guru yang tidak mempergunakan media sesuai dengan bahan yang diajarkan___contoh dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam___sehingga siswa mengalami banyak kesulitan dalam menyerap dan memahami pelajaran yang disampaikan, guru kesulitan menyampaikan bahan pelajaran, banyak siswa yang merasa bosan terhadap pelajaran tertentu. Hal ini dapat diidentifikasikan sebagai masalah kurangnya penggunaan media dalam pengajaran. 
            Kurangnya penggunaan media ini dipengaruhi oleh beberapa faktor  di antaranya : minimnya pengetahuan tentang pentingnya media, sulitnya mendapatkan media yang diinginkan, keterbatasan dana, pribadi guru yang kurang berminat dan kemampuan dalam menggunakan media dan situasi yang kurang mendukung. Dan dari realitas tersebut di atas dapat diambil suatu pertanyaan, “Apakah media itu?”, “Apa saja manfaat media ?”, “Apa saja jenis media ?”, “Apa saja pengaruh media ?”, “Apa saja media pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MI?”. Realitas ini sangat penting untuk dibahas dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Apa definisi Media pembelajaran?
Apa saja  media pemebalajaran SKI untuk MI ?
Bagaimanakah Langkah – langkah menyiapkan Media Pembelajaran SKI SD/MI ?
C. Tujuan
Mengetahui Definisi media pembelajaran
Mengetahui macam macam media pembelajaran SKI SD/MI
Mengetahui Langkah penyiapan Media pemebelajaran SD/MI
















BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari si pengirim (komunikator atau sumber/source) kepada si penerima (komunikan atau audience/receiver).Sedang menurut KBBI, media dapat diartikan sebagai perantara, penghubung; alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk, yang terletak diantara dua pihak (orang, golongan, dan sebagainya). Jadi, secara umum bisa diartikan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu proses belajar mengajar. Yaitu segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada peserta didik (siswa/murid).
Media pembelajaran bisa juga diartikan sebagai alat atau sarana atau perantara yang digunakan dalam proses interaksi yang berlangsung antara guru dan siswa untuk mendorong terjadinya proses belajar mengajar dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan serta memantapkan apa yang dipelajari dan membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berkualitas. Media pembelajaran merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran di sekolah. Pemanfaatan media pembelajaran juga merupakan upaya kreatif dan sistematis untuk menciptakan pengalaman yang dapat membantu proses belajar siswa. Hal ini dikarenakan media berperan sebagai alat perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga murid tidak mudah bosan dalam mengikuti proses belajar-mengajar.


Macam-macam Media pembelajaran
Ada beberapa jenis media yang dapat digunankan dalam proses pembelajaran diantara nya adalah menurut Syaiful Bahri Djamarah
Media Auditif, adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassete recorder, piringan hitam.
 Media Visual, adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan.
 Media Audiovisual, adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar.
Fungsi Media Pembelajaran
Fungsi Media Pembelajaran Sebagai Sumber Belajar
Secara teknis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar. Dalam kalimat “sumber belajar” ini tersirat makna keaktifan, yakni sebagai penyalur, penyampai, penghubung, dan lain-lain. Media pembelajaran dapat menggantikan fungsi guru, terutama sebagai sumber belajar.
Fungsi Semantik
Fungsi semantik merupakan kemampuan media dalam menambah pembendaharaan kata (simbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami anak didik (tidak verbalistik)
  Fungsi Manipulatif
Fungsi manipulatif ini didasarkan pada ciri-ciri umum, dan media memiliki dua kemampuan. Pertama, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi batas-batas ruang dan waktu, diantaranya kemampuan media menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit dihadirkan seperti bencana alam, kemampuan media menjadikan objek atau peristiwa yang menyita waktu panjang menjadi singkat seperti proses ibadah haji, dan kemampuan media menghadirkan kembali objek atau peristiwa telah terjadi (terutama pada mata pelajaran sejarah) seperti kisah Nabi Nuh dan kapalnya.
    Fungsi Psikologis
Pada fungsi psikologis, media pembelajaran terbagi dengan berbagai macam fungsi, diantaranya:
Fungsi atensi, media pembelajaran dapat meningkatkan perthatian (attention) siswa terhadap media ajar.   
Fungsi Afektif, yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu.c.   
Fungsi kognitif, siswa yang belajar melalui media pembelajaran akan memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representatif yang mewakili objek-objek yang dihadapi, baik objek itu berupa orang, benda, atau kejadian/peristiwa. 
Fungsi imajinatif, media pembelajaran dapat meningkatkan imajinasi siswa
Fungsi motivasi, guru dapat memotivasi siswanya dengan cara membangkitkan minat belajarnya dan dengan cara memberikan harapan. 
Fungsi sosio-kultural, yakni mengatasi hambatan sosio-kultural antarpeserta komunikasi pembelajaran.

Media Pembelajaran SKI di SD/MI
Media pembelajaran Sejarah Kebudayaan Isalam yang digunakan untuk tingkat MI/SD harus memiliki kriteria – kriteria tertentu, hal


Tugas Soal Tehnologi Pendidikan

Nama : Syukron Makmun NPM : 20171201260329 Kelas : MADIN Prodi : PGMI Soal Mata Kuliah Tehnologi Pendidikan 1.       Sebut d...